Buku ini merupakan karya reflektif dan dokumentatif yang menandai 120 tahun perjalanan Pondok Pesantren Suryalaya, sebuah pusat pencerahan ruhani di Tasikmalaya yang didirikan oleh Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Pangersa Abah Sepuh) dan dilanjutkan oleh Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin (Pangersa Abah Anom).
Melalui tulisan ini, pembaca diajak menelusuri jejak sejarah, nilai spiritual, dan kiprah dakwah Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya yang telah menuntun jutaan insan menuju keseimbangan antara dzikir, akhlak, dan pengabdian sosial.
Dua pusaka utama tarekat ini, yaitu Tanbih—wasiat moral Pangersa Abah Sepuh—dan Kitab Miftahusshudur—panduan ruhani karya Pangersa Abah Anom—menjadi poros utama buku ini. Keduanya diulas sebagai fondasi moral dan spiritual LDTQN Suryalaya, yang mengajarkan keseimbangan antara hubungan dengan Allah (ḥablum minallāh) dan hubungan dengan sesama manusia (ḥablum minannās).
Penulis memaparkan perjalanan panjang pesantren dari masa kolonial, kemerdekaan, hingga era modern, serta bagaimana cahaya dzikir Suryalaya menembus batas ruang dan waktu, menyinari kehidupan umat hingga ke berbagai penjuru dunia. Melalui berbagai kisah inspiratif dan penjelasan mendalam, buku ini menegaskan peran TQN Suryalaya sebagai mercusuar spiritual dan moral bangsa, dengan semangat Bangkit, Bersatu, dan Maju untuk agama dan negara.
Lebih dari sekadar sejarah, buku ini adalah renungan ruhani dan ajakan untuk melestarikan nilai Tanbih dan Miftahusshudur dalam kehidupan modern yang sering kehilangan makna. Ia menjadi pengingat bahwa dzikir bukan sekadar ritual, tetapi energi transformasi diri menuju akhlakul karimah, serta pilar penting dalam membangun masyarakat yang cageur-bageur—sehat lahirnya, bersih batinnya, dan mulia akhlaknya.
Penulis: Dr. Muhamad Kodir, M.Si.
Desain Sampul dan Tata Letak: Asep Saeful Rijal
Penerbit & Cetakan: Cetakan Pertama – Oktober 2025