
Buku ini disajikan untuk pemerhati kearaban yang tersebar luas di Indonesia. Kajian kearaban merupakan sebuah satu kesatuan yang saling berkaitan untuk membentuk sebuah pemahaman yang holistik. Kajian terhadap Arab tidak akan lengkap tanpa melihatnya dari unsur bahasa, sastra, dan budaya yang merupakan identitas dan pengikat kajian kearaban pada berbagai bidang.
Kajian linguistik pada buku ini mencakup dua ranah kajian, yaitu linguistik struktural dan linguistik fungsional. Kajian linguistik struktural dimulai dengan kajian fonem terkait pengucapan kosakata Arab pada anak tunarungu yang disusun oleh Megawati dkk. Dalam kajian ini ditemukan adanya penambahan dan perubahan bunyi dalam pengucapan bahasa Arab. Faktor penyebab perubahan bunyi tersebut adalah sistem produksi suara, pendengaran yang kurang, kerusakan pada organ wicara dan pengaruh kemiripan bunyi pada konsonan.
Kajian fonem di atas dilanjutkan dengan kajian morfem berupa jenis femina pada nomina pinjaman dalam bahasa Arab oleh Arief Ma’nawi. Bentuk femina ini, baik nomina tunggal maupun frasa, berasal dari kosakata lama dengan bentuk-bentuk baru yang muncul sesuai perkembangan waktu. Pembahasan sintaksis sebagai lanjutan kajian morfem dilakukan oleh Fauziah Bachtiar dkk dengan melihat i’rab pada Surat al-Mudatsir. Bentuk i’rab yang paling banyak ditemukan adalah bentuk nasb dengan berbagai jenis fungsinya. Kajian Rizki Gumilar menelaah aspek fonem, morfem, dan sintaksis dalam karya-karya Ibnu Taimiyyah dengan fokus pada kajian takhfif. Fenomena takhfif ini muncul dalam ketiga aspek tersebut sebagai bentuk efisiensi kebahasaan. Kajian terhadap makna melengkapi kajian linguistik struktural ini dengan menampilkan artikel Sholeh Najmul Millah dan Abd Syakur tentang pengembangan makna dalam majalah Aljazeera. Ditemukan bahwa pengembangan makna yang dilakukan dalam majalah tersebut mencakup perluasan, pendekatan, penyempitan, dan pemilahan.
Persinggungan bahasa dengan dunia politik dibahas oleh Siti Aminah dengan melihat strategi retoris Abu Bakr al-Baghdadi dalam mendeklarasikan negara Islam. Abu Bakr al-Baghdadi menggunakan ungkapan ilokusioner dengan menggunakan ayat dan hadits serta menggelorakan kebesaran Islam. Tindak tutur menjadi bentuk yang digunakan dengan cakupan berupa bentuk asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Hamdan melihat hal lain dari bahasa di dunia politik ini dengan melihat bentuk plural yang dipakai sebagai nama organisasi politik Islam Mesir. Kajian difokuskan pada nama dengan ism nisbah berbentuk jam’ muzakkar salim. Disimpulkan bahwa secara etimologis dan terminologis, kata-kata tersebut memiliki akar pada nama tokoh, tetapi secara analogis, memiliki irisan makna yang sama, yaitu visi politik seorang tokoh sebagai identitas gerakan yang dibangun.
Penulis:
 Hindun | Megawati, Rika Astari, Yusroh, Abdul Mukhlis, dan Muhammad Irfan Faturrahman | Arief Ma’nawi | Fauziah Bachtiar, Muh.Bachtiar Syamsuddin, dan Muh.Radhi Al-Mardhi | Rizki Gumilar | Sholeh Najmul Millah dan Abd Syakur | Siti Aminah | Hamdan | Abdul Wahhab, Sholeh Najmul Millah, dan Taufiqurrochman | Khairina Nasution, Rahlina, dan Rahimah | Arif Karkhi Abu Khudairi | Basuni Imamuddin | M. Yunus Anis | I Dewa Putu Wijana | Hafidz Fadli dan Siti Rohmah Soekarba | Ade Kosasih, Tb. Ace Fahrullah, dan Sutiono Mahdi | Haji Mohammad bin Seman | Ilham Fatkhu Romadhon, Firman Cahaya Saputra, dan Ilma Nailu Fitriani | Sherif Elgayyar | Sofi Ghoniyah dan M. Zaelani Musonif | Abdul Latif dan Faidatul Jannah | Kamilia Zahra | Shinta Fitria Utami | Muhammad Rizky al-Mubarok | Mahmudah | Zulfa Purnamawati dan Badi’atus Solichah | Suryo Ediyono, Alif Al Hilal Ahmad, Muhammad Farkhan Mujahidin, Abdul Malik, dan Ahmad Jazuli | Tulus Mustofa | M. Lukluil Maknun | Pujiati | Fadlil Munawwar Manshur | Atik Triratnawati | Moh. Sofi Anwar | Rizki Parahita Anandi, Dewi Rusliyani, dan Matrokhim | Maziyyatul Muslimah | Desy Wanti